Yogyakarta, 20 Oktober 2025 – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menyelenggarakan Forum Pemikiran Bulak Sumur ke-44 dengan tema “Strategi Percepatan Kemandirian Teknologi Industri Indonesia”. Forum hasil kolaborasi Dewan Guru Besar, UGM Science Techno Park dan Intellectual Property Management Office (IPMO) UGM yang digelar di kampus UGM ini bertujuan untuk memperkuat sinergi dan ekosistem hilirisasi riset serta inovasi, sekaligus merespons tantangan nasional untuk keluar dari middle income trap dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pimpinan universitas, Dewan Guru Besar, perwakilan pemerintah, hingga pakar dari berbagai disiplin ilmu.

Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan bahwa hilirisasi riset harus menghasilkan nilai tambah dan dampak nyata bagi masyarakat. Menurutnya, kolaborasi erat antara akademisi, pemerintah, dan industri merupakan kunci dalam membangun kemandirian teknologi nasional. “UGM terus berupaya memperkuat ekosistem riset melalui transformasi tata kelola dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Fokus penelitian kini tidak hanya pada publikasi, tetapi juga pada hasil yang memberi manfaat langsung bagi bangsa,” ujar Rektor.

Sejalan dengan hal tersebut, Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, M.P.P., Sekretaris Dewan Guru Besar UGM, berharap forum ini dapat menghasilkan langkah konkret dalam memperkuat hilirisasi riset di perguruan tinggi. Sementara itu, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., Ketua Dewan Guru Besar UGM, secara daring menambahkan bahwa Forum Pemikiran Bulak Sumur merupakan bentuk nyata kontribusi akademisi dalam menjembatani dunia riset dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Dari sisi kebijakan nasional, Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., Direktur P2M Kemdiktisaintek, dalam pidato kuncinya menekankan pentingnya penguatan budaya riset dan inovasi di lingkungan pendidikan tinggi. Ia memperkenalkan konsep Kampus Berdampak yang berorientasi pada tiga pilar utama, yakni dampak akademik, lingkungan, dan ekonomi.“Hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi yang dapat mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, riset dan inovasi perlu diarahkan pada kebutuhan pasar dan pembangunan nasional,” tegasnya.
Diskusi panel kemudian menghadirkan sejumlah pakar dari berbagai bidang. Prof. Ir. Alva Edy Tontowi, M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. membahas strategi percepatan kemandirian industri manufaktur dengan menekankan pentingnya sinergi antara riset dan kebutuhan industri. Sementara itu, Prof. Deendarlianto menyoroti strategi menuju kemandirian energi nasional, termasuk pengembangan teknologi panas bumi, biodiesel, dan biomassa sebagai langkah menuju target Net Zero Energy tahun 2060. Pada bidang ketahanan pangan, Prof. Siti Subandiyah mengungkapkan pentingnya adopsi teknologi bioteknologi dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional. Adapun Prof. Ir. Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D. menegaskan perlunya membangun Culture of Innovation melalui konsistensi, kolaborasi, dan sistem insentif inovasi yang mendorong terbentuknya spin-off berbasis riset.
Melalui penyelenggaraan Forum Pemikiran Bulak Sumur ke-44 ini, Universitas Gadjah Mada menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor dalam penguatan hilirisasi riset dan inovasi. Dengan kolaborasi lintas sektor yang semakin solid, diharapkan hasil riset Universitas Gadjah Mada dapat berkontribusi signifikan dalam mempercepat kemandirian teknologi industri Indonesia serta mendukung terwujudnya masyarakat yang makmur dan berdaya saing.




